Minggu, 20 Januari 2013

Akhirnya Aku temukan bag (E) *repost


“DEAA! APAAN SIH? NGERUSAK SUASANA ROMANTIS DEH!” kali ini aku dan ify berteriak bersamaan.
“asikk deh, yang dijodohin, barengan mulu ngomongnya, kabuurr ”kata Dea kabur.
“Saat saat romantis apaan sih Yo?/ Fy? Bukannya kita udah putus? ” kataku dan Ify bersamaan lagi.emang sedikit berat pake kata ‘putus’, tapi emang kejadiannya begitu kan? Kemudian kami saling pandang, “haha” kemudian tertawa bersama.
Di ruang tengah,
“mama Cuma mau memastikan, apa kalian memang benar benar mau dijodohkan?”Tanya mama tiba tiba.
Ify memandangku, “Fy? Apa kamu mau dijodohkan dengan Rio?”Tanya mama. Mau tidak mau Ify memalingkan pandangannya kea rah mama. “Emm, apa Ify harus jawab tante?” Ify balik tanya. Mama mengangguk. “Kalo Ify sih pasti mau ma, kan dia suka sama aku” kataku asal ceplos. Ify melotot kearahku. “Kamu Yo?”Tanya mama kemudian. “Rio harus jawab juga?” aku balik bertanya ke mama. Mama mengangguk “Kalo Rio, aku yakin nggak mau tante, soalnya kan dia sukanya sama anak baru di kelas yang namanya zembbbb..”aku segera menutup mulutnya dengan tanganku. “apaan sih Yo? emm, tante mau kasih waktu buat Ify sama Rio jawab gak?”Ify kemudian bertanya.  mama mengangguk. Kini aku dan Ify saling pandang. Mata Ify mengisaratkan –Lo nggak mungkin mau kan?- aku menjawab –apa lo terlalu berharap gue mau?- akhirnya mama melerai, “Kita, para orang tua ngasih kesempatan buat kalian, sampai kalian lulus SMA, jadi ada waktu 1 tahun lebih 3 bulan buat kalian cari pacar. Kalau salah satu atau kalian berdua nggak dapet pacar, kalian bakal dijodohin. Deal?” Kata mama.
“Itu perjanjian apaan sih ma?  Kalo aku sih, bisa cepet dapet pacar, tapi kalo Ify aku nggak yakin ma, terus sama aja dong, aku sama Ify dijodohin?” kataku ngasal. Dihati berat kalo nanti akhirnya Ify punya pacar dan dia..
“nah, itu terus gimana dong tan? Kan jadinya sama aja..”kata Ify kemudian.
“maka dari itu, kalian harus saling bantu. Terus, kalian di tuntut untuk hidup mandiri, jadi, kalian selama 1 th 3 bln ini harus tinggal sendiri, tanpa fasilitas apapun dari para orang tua. Kecuali handphone kalian. Dan untuk bbayar kost, sudah ditanggung orang tua, Gimana? Deal?kalo nggak deal sama aja kalian di jodohin,” kata mama lagi.
“HAH? Pilihannya nggak pasti semua ma,”kataku kemudian.
“Oke tante, Deal.” Kata Ify. Hah? Sebenarnya apa yang ia fikirkan? Ify bilang deal? Berarti setuju dong? Aku memandangnya, Ify juga memandangku. Mata kami saling bertemu. –Lo gak takut kan Yo?- matanya mengisyaratkan begitu. –Oke, siapa takut!-
“Oke, Deal ma.” Kataku kemudian.
“Oke kalau begitu. Bisa dimulai sekarang?”kata mama.
“Hah? Sekarang?” Tanyaku dan Ify bersamaan.
“iya, sekarang..”kata mama lagi.
“Halo semua, gimana Fy? Yo? Udah deal kan? Bisa dimulai sekarang kan?”kata suara lain. Ada yang datang. Mama Ify dengan 2 koper besar.
“Itu koper isi apa ma?”Tanya Ify kepada mamanya.
“Jelas barang barang kamu dong sayang,” jawab mama Ify.
“Punya Rio juga udah siap,” kata mama sambil menunjuk 2 koper besar juga.
Oh God, cobaan apa ini? Rasanya hampir pingsan, ah, aku benci hari selasa!
“cepet gih, barang2nya dimasukin ke mobil, kita langsung berangkat,” kata mama.
“berangkat kemana?” tanyaku bersamaan dengan Ify.
“lah, kan, perjanjiannya langsung. Tanpa persiapan.” Timpal mama Ify.
“Baiklah, mau tidak mau, tapi tunggu dulu, Rio mau keatas dulu,”kataku,
“10 menit,”kata mama.
Aku langsung berlari keatas dan mencari ayam kesayanganku. Celengan ayamku. Setelah kutemukan, aku langsung memecahkannya. ‘Yes, uangnya banyak.’ Batinku lalu mengumpulkan uang yang berceceran dilantai, tanpa pikir panjang, aku langsung mengambil tas sekolah dan memasukan semua uang itu ke dalam tas. Lalu membereskan pecahan celengan itu. Curang? Biarin ah,itung2 buat modal 1 th ini..
Aku segera turun ke bawah,
“Udah?”Tanya mama, Aku mengangguk,
“kartu ATM? Mana?” mama agak curiga kenapa akku keatas tadi. Aku mengambil dompet dan mama merebut dompetku, Beliau mengambil 2 kartu ATMku, dan mengambil uang yang ada didompetku, kalau tidak salah, kini hanya tersisa 100 ribu. “yahh, mama, itu kan buat uang jajan aku ma,”
“Punya Ify juga udah diambil semua uangnya..”kata mama kemudian.
‘Untung mama nggak ngecek tas aku..’ batinku, “Ohiya, ditas itu ada apa?” Tanya mama, “ah, ini Cuma barang2 pribadi yang nggak menyangkut uang kok ma,”kataku “Oh, oke kalau begitu, kita berangkat!” Kini mama sangat antusias.‘Hftt, untung mama nggak curiga,’
IFY P.O.V
Aku nggak terlalu ngerti apa yang difikirkan para orang tua. Iyaiya ajadeh.
Aku baru ingat aku belum ngecek hp selama 2 hari terakhir, di Log panggilan, ada 28 telp. Tak terjawab, dari ‘sayang’ hah? Siapa sih ini? Kayaknya belum aku blm pernah masukin nomer pake nama sayang? Segera aku menelfon kontak itu. Dan, yang berbunyi adalah, hp Rio. Rio terlihat akan menjawab telefonku. Segera aku matikan panggilanku barusan.
“HAH? Kok yang bunyi hp elo sih Yo?”tanyaku,
“hah? Apaan?” muka Rio agak bingung.
“ini kerjaan siapa namain nomer elo pake nama ‘sayang’? hah?”tanyaku.
“lah? Kenapa lo Tanya sama gue? Kan yg punya hp elo?” kini ia agak menahan tawa.
“ngaku nggak lo? Kalo lo nggak ngaku..” kataku terputus,
“Iya, gue khilaf, itu kerjaan gue, udah beberapa hari yang lalu kok.. kalo gak salah 2 hari yg lalu!” jawabnya.
“tapi kenapa namanya gak enak bgt diliat sih?” aku semakin emosi.
“Udah! Kalian kaya anak kecil deh,ohiya, perjanjian ditambah 1 lagi. Kalau kalian berantem maka, perjodohan akan tetap dilakukan” kata mama.
“Hah? Udah dong ma/tan perjanjiannya..” kataku dan rio bersamaan. “kalo kalian ngomongnya barengan terus juga kayaknya kalian emang jodoh..” kata mama Rio. “HAH?”kali ini barengan lagi. “tuh kan..” mama menimpali. Aku buru buru menutup mulutku sebelum kata apapun keluar dari mulutku. “Tante bercanda kali Fy,” Mama Rio yang sedang menyetirpun tertawa karena candaannya barusan. Aku cemberut karena ulah kedua mama ini.
Akhirnya mobiil yang dikemudikan mama Rio berhenti. Jaraknya kuang lebih 500 meter dari sekolah. Kemudian kami harus masuk ke dalam gang kecil, kurang lebih jaraknya 10 meter dari dari jalan yang tadi.
“Ini kuncimu, dan, yang ini milik Rio.” Mama memberikan kunci rumah, tepatnya kamar kontrakan.
“Dah sayang, baik baik ya sama Rio..” Kemudian mamaku dan mama Rio pergi meninggalkan kami untuk menjalankan misi ini.
JJJ
‘Oke Ify! Lupakan Rio! Karena sebentar lagi kamu bakal ketemu jodoh kamu yang sebenarnya! SEMANGAT FY!’ gumamku. Kemudian aku membuka kamar kontrakan itu. Ini mirip seperti rumah susun. Rumahku dan Rio bersebelahan. Ah, semoga saja Rio cepat menemukan jodohnya. Amin.
Drtt..drttt..drtt..
Ada BBM masuk,
Agni J: Fy, elo dimana? Kita jadi jalan kan?
Me : hah? Jalan kemana?
Agni J: lah, katanya mau memperkenalkan secara resmi pacar lo?
Me : pacar? Gue gak punya pacar kan,
Agni J: itu yang katanya calon tunangan lo?
Me : oh, kita udah putus.
Agni J: Hah? Enteng bener jawaban lo?
Me : lah emang kenyataan kok, lagian kan kalian udah tau..
Agni J:Yaampuun Fy, belum afdol kali kalo belum kenalan secara resmi,
Me : yadeh, nanti gue bujuk Rionya.
Agni J:nah, gitu dong.
Ah, apaan nih anak2, lagi males juga ketemu Rio, apa gue bilang kalo Rio sakit ya? Ah jangan deh, perkataan adalah doa.
Ah, biarin deh harga diri gue turun. Aku segera keluar rumah dan menuju rumah Rio.
Tok tok tok,
“Siapa?”terdengar suara khas rio. Kemudian pintu kamar itu terbuka. Ada Rio dengan pakaian santai khasnya juga, :D
“gue boleh minta tolong gak? Keadaan genting nih..” kataku memohon.
“Karena gue lagi baik, lo mau minta tolong apa?” katanya sambil memalingkan muka.
“Plis, lo mau ketemu sama temen2 gue, pliss, kali ini aja,” aku terus memohon.
“Ada imbalannya?”tanyanya kemudian.
“terserah mau lo deh,” kataku.
“apapun itu?” tanyanya lagi.
“iya iya terserah mau lo! Tapi sekarang lo mau kan bantuin gue?” aku memohon lagi kepadanya.
“Oh, siap kalo gitu, Lo janji kan, bakal ngasih imbalan ke gue?” tanyanya lagi meyakinkan.
“Iya iya, bawel banget sih, imbalan mah gampang,” kataku kemudian.
“Oke, lima menit.” Rio menutup pintu kamarnya dan kembali dalam 5 menit.
Aku berjalan berdampingan dengannya. keluar dari gang kecil itu dan segera menemukan angkutan umum.
Hellow, sekarang kan gue sama Rio lagi dalam masa merakyat, yah, beginilah, naik angkutan umum. Taksi? Kemahalan. Uang gak cukup. Jadi terima aja deh naik angkot.
Sampai.
Aku mengulurkan uang 5000 rupiah kepada sopir itu. Sepertinya pas. Soalnya angkot itu langsung pergi begitu aja *apaini
“Ayok, cepet, udah pada nungguin.” Kataku menarik Rio untuk segera masuk ke dalam café. Ini café tempat aku sering ngobrol sama temen, jaraknya lumayan deket sih, dari sekolah, pokoknya ini café tempat bersejarah deh, hehe
“Fy!” Ada seseorang yang memanggil sambil melambaikan tangan. aku kurang bisa melihat dengan jelas, maklum mata udah minus. Tapi kuyakini dia salah satu dari ketiga sahabatku.
“Yo, itu yang lagi lambai tangan siapa?” tanyaku ke Rio.
“Kalo gak salah sih, Agni.” Katanya.
“yaudah yuk, kesana!”kataku lagi lagi menarik Rio untuk lebih cepat.
“Santai dong Fy,”katanya kemudian.
\(~_~)/
“kenalin guys, ini Rio, udah pada tau kan? Dia kan popular di sekolah..” kataku berlagak bahwa 6 orang dihadapanku belum kenal sama sekali dengan Rio.
“Yaelah, gue kira pacarnya Ify siapa, ternyata si bekicot..”kata orang yang duduk di samping Shilla.
“lah, si sipit pacarnya shilla ternyata? Hampir 2 tahun kita nggak ketemu, Haha, udah bukan pacar, tepatnya mantan pacar.” Kata Rio santai. Kata ‘mantan pacar’ sepertinya terlalu kejam, tapi mau bagai mana lagi? Kenyataan kan? Lagi pula siapa yang mutusin Rio? Elo sendiri kan Fy? Ah, bomat.
“haha, jangan mantan pacar bisa kali? Kasian noh, bidadari disamping elo jadi murung kan?haha” kali ini orang yang berada disamping agni angkat suara.
“Cakdut! Tambah gendut aja, makan apa sih lo?”kini Rio ber toss ria dengan cakka.
“Dan jangan lupakan saya mas bro!” kali ini yang duduk disamping sivia yang bicara,
“yaelah, gab, kayaknya kita jarang ketemu deh, walaupun satu sekolah..” Gabriel bertoss ria dengan Rio.
“nah, gimana perjalanan cinta kalian Fy, Yo? Cerita gih,” kata cakka.
“lo diem aja Fy, biar gue yang jelasin.”kata Rio. “terserah apa kata lo, jan ngarang cerita!” kataku agak galak.
“oke, oke, jadi, kita itu, temen dari kecil, dan gaktaunya, kita dijodohin. Kemudian, kita pacaran belum genap 3 hari, kita putus karena adanya ketidak cocokan antara kami berdua. Dan, sekarang, kita berdua harus cari pacar, kalo nggak dapet, terpaksa, perjodohan tetap dilakukan..” Rio mengakhiri ceritanya.
Tak terasa butir bening itu kembali jatuh. Aku buru buru menghapus butiran itu, takut dilihat teman2ku.
“Sudahlah Ify sayang, kalo jodoh pasti nggak akan kemana, jangan nangis begitu dong,”Sial, cakka melihatku menghapus butiran ini.
“Siapa sih yang nangis? Mata gue Cuma gatel aja,” kataku berbohong.
“Udahlah Fy, kalo nangis juga gak papa, cup cup, sini aku peluk.”Agni berdiri dari tempat duduknya dan memelukku.
“yang disini juga pengen dipeluk kali,” terdengar suara berat cakka, kami semuapun tertawa.
Yah, ,malam ini kita bersenang senang melepas rindu.
RIO P.O.V.
Setelah ngobrol panjang lebar dengan teman2 lama, aku dan ify pun pulang, kali ini Cakka yang mau mengantar kami.
“Bener nih disini?” aku mengangguk. Melirik kea rah ify. Dia tertidur di mobil cakka.
“yaudah, gue pulang dulu, ify biar gue yang beresin.” Kataku sambil mengangkat Ify. “jangan lo apa apain ya si Ify, kalo lo apaapain, kita ber6 siap ngehabisin lo.” Kata Agni.
“haha, nggak mungkin lah gue apa apain ,dia kan masih bocah, polos pula,”kataku. “maka dari itu, jangan lo apaapain.. jagain temen gue yang satu itu ya, kita pulang dulu, bye!” kata agni lagi.
“Siap mbak bro, bye!” aku kemudian berjalan menyusuri gang menuju ke kamar kost itu. Hhh, ify memang kurus, tapi ia berat juga, haha. Sepintas aku melihat muka ify. Damai dan tertram, aku jadi bersemangat untuk menggendongnya, dan, akhirnya sampai juga, aku mencari kunci milik Ify, tapi aku tak menemukannya. Aku udah kecapaian dan putus asa, kemudian aku membuka saja kamarku dan menidurkan Ify dikasur kamarku, hfft, lalu aku keluar kamar untuk mencari dimana Ify meletakkan kuncinya, lagi lagi aku tak menemukannya. Dan daripada menimbulkan fitnah nantinya, aku juga kan yang repot? Aku tidur diluar kamar.
Pagi harinya,
Udah pagi ternyata? Aku terbangun dari tidurku,
Udara malam memang dingin. Sampai sampai buat aku bersin bersin mulu.
“haattsttuuu.. aduh, kok jadi pilek begini ya? Bomat deh,” aku membuka pintu kamarku, kemudian masih melihat Ify tertidur pulas,
“Fy, bangun, udah pagi, ntar telat loh sekolahnya.” Aku mencoba membangunkannya. Tapi ia tak bereaksi, segera saja aku mengambil 1 gayung air dan mengguyur Ify dengan air itu.
“Haattstuu”
Ify kaget dan segera bangun. Ia tambah kaget karena menyadari bahwa ia tak tidur di kamarnya sendiri.
“Kyaa, lo nggak ngapa ngapain gue kan? Gue masih suci kan?”Ify bertanya ngelantur.
“Fy, lagian juga gue gak tertarik ama elo. Kalo gue ngapa ngapain elo, sama aja kita dijodohin kan? Haattstuu, Mikir tuh pake otak Fy, jangan pake dengkul.”kataku agak tidak memperhatikan kosakata yang ku gunakan. Kemudian aku pergi ke kamar mandi untuk mandi. Dan bersiap kesekolah.
Ify? Biarin deh, aku mau buka lembaran baru tanpa ada ify didalamnya. Dan aku baru sadar, ternyata kemarin itu Cuma rasa kagum, bukan cinta.
Hari ini lumayan cerah, dengan slogan ‘SEMANGAT CARI PACAR BARU!’ aku keluar dari kamar kost. Mengunci pintunya dan melirik kamar kost di sampingku. Kelihatannya sepi. Tak ada orang. Aku pikir manusia di dalamnya sudah berangkat sekolah lebih awal. Masa bodoh deh, tentang gadis yang satu itu.
Aku berjalan kaki ke sekolah. Aku bertekad, pulang sekolah nanti bakal nyari kerja paruh waktu, ya, buat nyambung hidup selama setahun kedepan.
Sampai disekolah, aku langsung ke kelas. Mengacuhkan semua orang yang menatapku dengan tatapan aneh. Terserah apa mau mereka lah. Akhirnya sampai juga dikelas. Aku melirik ke bangku paling belakang. Ada tasnya memang, orangnya tak tau dimana. Cukup Yo! Apaapaan mikirin cewek gaje itu. *tapi lo suka kan Yo?*. apaan si admin. Tbtb ngomong sesukanya. Oke aku akuin, kemarin2 memang aku suka, tapi mulai sekarang nggak ada kata suka, cinta, atau apapun itu.*terserah elo dah Yo..*
“Hai Yo! Baru sampe? Haloo, kok ngelamun sih Yo?” Tanya Zevana yang sedari tadi memperhatikanku melamun.
 “oh, hah? Iya Zev, ah enggak, nggak ngelamun kok.” Kataku sambil meletakkan tas sekolah dan duduk dibangku.
“Oh iya Yo, nanti bisa temenin gue nggak?” Zevana memintaku buat nemenin dia sepulang sekolah.
“Kemana?” tanyaku singkat.
“Ada deh, nanti lo tau sendiri kok..” kata Zevana kemudian.
Bel masuk udah bunyi. Aku menengok ke belakang, tetapi tak menemukan gadis itu, padahalkan udah bel. ‘Yo, biarin lah, dia siapa elo?’ pikiranku berkecamuk.
“Oke temen-temen, minta perhatiannya. Bu Zaki nggak bisa ngajar, jadi ada tugas dari beliau. Buku paket Fisika halaman 218, ohiya, pengumuman dari sekolah, kita pulang setelah jam kedua selesai, makasih atas perhatiannya.” Ah, gadis itu disana. Sadarlah Yo, memang kenapa kalau gadis itu disana? Bukan urusanku lagi sekarang. Ayolah, bisakah seharii saja tanpa dia. Sehari saja Tuhan.
Yes, waktunya pulang. Batinku.
“Yo, sekarang aja yuk perginya,” Ajak Zevana, aku hanya mengangguk sambil membereskan buku Fisikaku. “Kita jalan kaki aja ya, deket kok dari sekolah,” aku mengangguk lagi. Aku melihat Ify berjalan melewati bangkuku. Parfum khas Ify bisa tercium baunya. Untuk  sesaat bau parfum itu membuatku terpaku, tapi Zevana menarik lenganku dan aku bisa berjalan normal lagi.
Kami berdua-aku dan Zevana- sampai disebuah tempat yang tak asing bagiku. Bukankah ini? Café yang semalam aku datangi dengan Ify? Iya, benar, aku tak salah lagi.
“Mbak Ze sama temannya? ” Tanya mbak mbak yang kuyakini adalah salah satu pegawai disini.
“ah, iya, ini teman saya, tolong bawakan minum ke ruangan saya ya,” balas Zevana kemudian.
“Kita mau ngapain disini? ruangan lo?”tanyaku.
“Ah, iya gue lupa, Ini café milik keluarga gue. Dan gue yang disuruh untuk mengelola café ini,”
“Hah? Jadi, ini punya lo dong?”kataku tak percaya.
“Nggak sepenuhnya punya gue sih, hehe” Dia tertawa kecil, ia jadi mirip dengan Ify. ‘Hah? Ify lagi?’aku sudah mulai bosan dengan pikiranku yang ke Ify mulu -_-.“ Yo, gue tahu kalau kamu punya bakat dalam bermusik, jadi, gue nawarin lo untuk nyanyi di café ini. Gimana? Lo mau? Lo nyanyinya malem aja gakpapa,” lanjutnya kemudian.
“hah?” aku speechless. Ah iya, aku jadi nggak usah repot repot cari kerja, yakan?
“Untuk gaji, nanti bisa diatur, gimana?” tawarnya.
“emh, okelah kalo gitu. Lagian juga aku lagi cari kerja, untuk gaji nggak usah banyak banyak aja, yang penting pas untuk uang jajan per bulan, gimana?” aku balik nawar.
“siap, gaji bisa diatur. Jadi bisa mulai nanti malam kerjanya?” Tanyanya.
“kapanpun saya siap mbak bro.,” kataku sambil bercanda. “ohiya, gue pulang dulu ya, nanti malem aku dateng kesini kok,” kataku berpamitan.
“yaudah kalo gitu, gimana kalo aku anterin?” tawarnya lagi.
“nggak usah, rumahku deket kok,” kataku kemudian. Zevana mengantarku keluar dari ruangannya.
“Kayaknya lo harus cepet2 punya pacar deh Fy, kalo enggak pasti lo gagal move on” Terdengar beberapa anak tertawa. Aku melihat ke sudut kanan café. Disana terdapat 4 anak memakai seragam sama sepertiku. Ah ada Ify dan teman temannya. Aku menajamkan pendengaranku,
“stt.. baru aja diomongin malah muncul,” trdengar suara agni berbisik, kemudian Ify, Shilla, Sivia melihat kearahku. Aku kembali berjalan keluar, seolah tak melihat ataupun mendengar apapun. Zevana mengekor sampai pintu café, kemudian ia melambaikan tangan, aku balas melambaikan tangan dan pergi.
tbc..