Pagi
harinya,
“Hey ma,
pa,” sapaku.
“Hay Fy!”
kata mama papa bersamaan
Seperti
biasa, kami makan pagi bersama.
“Ify duluan
ya pa, ma,” kataku berpamitan.
“nggak
bareng papa fy?”. “nggak usah pa, mau berangkat sendiri aja.. bye ma, pa,”
“Ohiya Fy,
kayaknya ada Rio tuh diluar. Disuruh masuk nggak mau tadi..” Kata mama sambil
senyum2 gaje.
Hah? Rio?
Penasaran dengan kata mama barusan, aku langsung berlari kecil keluar rumah.
Benar saja, ada Rio dengan mobilnya.
“Bareng
gih,” kata Rio.
“Lah?
Katanya mau backstreet?” jawabku.
“Biar deh
semua tau. Cepet gih, keburu telat.” Kata Rio sekenanya.
“nanti kalau
orang2 tau?” tanyaku.
“biar deh,
alas an kan banyak Fy, ayolah cepet..” katanya
Baru setelah
itu aku mau masuk ke mobilnya. “kalo temen2 tau awas loh kamu Yo!” ancamku.
“Santai
ajalah Fy.. ohiya, ngomong2 pinjem hp.” Kata Rio.
“buat apa?”
selidikku.
“ada deh.
Nggak buat macem macem kok,” katanya.
“Nih,” aku
memberikan hpku ke Rio. Rio terlihat menuliskan sesuatu.
“makasih..”
katanya langsung tancap gas ke sekolah.
J J J
“udah turun
sana, bilang aja tadi ketemu dijalan terus bareng, atau apa kek,,” kata Rio.
Aku menggeleng.
“nanti kalo
pada curiga gimana?” kataku takut.
“ni anak,
cepet keluar gak? Kalo gak cepet keluar malah pad acuriga tau!” kata rio lagi.
Suaranya agak meninggi.
“yaudah deh,
aku keluar dulu ya,” kataku sambil keluar dari mobil Rio. Rio keluar dari mobil
juga. Terlihat beberapa anak memandangiku curuga. Aku terus berjalan santai.
Rio juga berjalan seperti tidak ada sesuatu yang terjadi.
“hey Fy!”
terlihat Shilla, Agni, Sivia melambaikan tangan sambil memandangku curiga.
“asikk,
bareng sama siapa Fy?” sindir Sivia. “Terus , ceritanya gak jadi nih?
Dijodohinnya? Sekarang malah pacaran sama Rio? Asikk dah,,” kini giliran Shilla
yang nyindir.
“Tadi tuh
Cuma ketemu Rio dijalan, disuruh bareng yaudah kan? Hemat gituloh” jawabku
berbohong.
“ahmasaa?”
kata agni. “bener, sueerr, udah ah, gue kekelas dulu..”kataku mengalihkan
pembicaraan.
Aku melihat
Rio sekarang duduk di sebelahku. Ah, Rio apa apaan sih, jadi bosen deh liat
mukanya. *boong
Aku kemudian
duduk di bangkuku. “Fy, mama nyuruh kamu
kerumahku nanti.” Kata Rio tiba tiba. “hah? Ngapain?” tanyaku. “tau deh. Nanti
bareng lagi dong ya? haha” kata Rio agak tertawa. “ihh, apaan.. awas
aja,”kataku.
“Pagi anak2,
dipertengahan semester ini, ternyata kita kedatangan teman baru. Ayo
masuk..” kata Bu Winda.
pertengahan
semester kok baru masuk sih? Aneh, batinku.
“hai,
namaku, Zevana,”kemudian gadis itu menatap bu Winda.
“Sudah? ”
Zevana mengangguk. “kamu bisa duduk disebelah, Mario Stevano. Dia juara kelas
disini. Alyssa! Bisa kamu pindah ke belakang?” kata bu winda kemudian. HAH? Gue
yang harus pindah? Gatau apa gue siapanya Rio? Guru nyebelin. Dengan sangat
amat terpaksa banget, aku pindah kebelakang. Zevana duduk di bangkuku
sebelumnya.
‘Kalo aja
gue gak baik, pasti gamau pindah ke belakang, ’ batinku lagi.
Rio melihat
ke arahku, kemudian kembali ke posisi awalnya. Menghadap ke depan. Aku melihat
Zevana mengulurkan tangannya kepada Rio. Rio membalas uluran tangannya.
*panassspanass
LLL
Jam pulang
sekolah, tepat pukul 3.15 pm. aku menunggu Rio untuk pulang bareng. Tentu saja aku
menunggu diluar area sekolah. Aku berjalan malas keluar sekolah, “Fy! Mau
kemana? Gabareng kita?”Tanya sebuah suara, yang kuyakini suara Agni.
“kali ini
enggak dulu deh, soalnya..”kataku terputus.
“Soalnya
apa? Mau dijemput calon tunangan? kekek” shilla menimpali sambil terkekek geli.
“hmm, iya :D
maaf yaa.. ” aku langsung nyengir gaje.
“Kenalin
dong pacar lo ke kita, masa sahabat lo sendiri nggak tau sih siapa pacar lo!”
kata Agni. “gak fren lah kita,”lanjutnya lagi.
“waktunya
belum tepat mbak bro, nanti kalo aku udah siap, bakal aku kasih tau kok, tenang
aja,,” kataku ngawur.
“tapi kapan?
Kita kan juga pengen tau,” kata sivia kemudian.
“emhh, gini
aja, besok malem, kita makan bareng, kalian boleh ajak pacar kalian masing
masing, nanti aku bujuk dia buat ikut, gimana?”tawarku. “Oke deh Fy, yaudah
kita duluan yaa J? ” kata Shilla kemudian. Mereka bertiga
melambaikan tangan kemudian pergi. ‘Dasar ify bodoh, kamu sendiri kan yang
bilang jangan sampe temen2 tau kalo yang dijodohin sama kamu itu Rio, dasar
bodohbodoh bodoh!’ batinku.
Kemudian aku
melanjutkan perjalananku ke halte dekat sekolah.
30 menit, 1
jam, 1 jam lebih 30 menit, jadi sekarang jam, LIMA kurang lima BELAS MENIT!!
“Rio
manasih? Kayaknya dari tadi aku nggak lihat mobilnya keluar sekolah deh,”
gumamku. Akupun berjalan hati hati
kembali ke sekolah. Menuju ke parkiran. “Tuhkan, mobilnya masih ada,”kataku
kemudian. Aku mendekat ke mobil Rio.
Sekolah sudah amat sangat sepi. Jelas. Mobil Rio memang ada, tapi yang punya
manasih? Kemudian aku berjalan lagi mencari dimana sesosok Rio. Nah, itu dia..
sama siapa dia? Zevana? Oh Tuhan, ternyata Rio sedang disini bersama Zevana?
Emang dasar si Rio nyebelin!
ADMIN P.O.V
Aduh, apaan
nih si Rio? Emang nyebelin kan? Kalau
orang yang kita tunggu malah lagi sama orang lain. Ckckck.
Kemudian Ify
pergi. Tanpa ia sadari, ia menjatuhkan handphonenya. Ify berlari keluar sekolah
dan mencari taksi. Kemudian ia pergi entah kemana.
LLL
Drrtt,
drrttt, drrttt..
“iya halo
ma?” Rio menjawab panggilan dari mamanya,
“Ify mana
Yo? kalian berdua kok lama sih? Mama udah nungguin dari tadi nih,”jawab
mamanya.
“Aduh,
ohiya, Rio lupa ma, maaf ma, rio keasyikan ngerjain tugas nih di sekolah, udah
dulu ya ma..” kata Rio.
“Zev, gue pulang dulu ya, keadaan genting. Lo
bawa mobil kan?”kata Rio keapada zevana yang sedang mengamati tumbuhan
didepannya.
“hah? Ohiya,
gakpapa kok, tenang, gue bawa mobil sendiri kok,, ” kata zevana.
“gue
duluan,,”pamit Rio
‘mampus lo Yo! Ify sekarang dimana coba? Ah
iya, ’ batin rio. Kemudian ia mencari kontak nomer ify dan memanggilnya.
“ayodong Fy, angkat..” katanya panik.
Terdengar
lagu what Makes you beautiful milik One Direction, rio mencari asal suara, itu
hp milik Ify, di atas rumput dekat parkiran. Rio mencari dimana Ify, tetapi tak
ada orang, hanya terdapat hpnya. Ia mengambilnya, dan segera tancap gas mencari
ify.
Beragam
hipotesis muncul di pikiran Rio, dimana anak ini? Apakah ia diculik, atau, ahh
pikiran Rio kacau sehingga tidak bisa berpikir jernih. Ia melajukan mobilnya ke
halte tempat mereka janjian. Hasilnya nihil. Tak ada ify disana..
Rio P.O.V.
“Dimana sih
si ify?” gumamku. Aku muter muter nyariin Ify. Aduh, jam setengah tujuh? “dasar
rio bodoh! Bukankah hp ify berada disini sekarang? Kenapa nggak telfon temannya
saja,” gumamku lagi. Kemudian aku menelfon Sivia tentusaja dengan hpku,
“halo, ini
Sivia?” Tanyaku
“eh iya, ini
siapa ya?”tannya sivia. Perasaan bingung tercampur aduk, aku harus menjawab
apa? Sudah kuputuskan,
“ini Rio,
ify sama kamu gak?” kataku dengan nada tenang.
“hah? Rio?
Ify? Dia nggak sama aku tuh.. emangnya kenapa?” jawab Sivia bingung.
“ah, yaudah,
makasih, bye”Aku langsung mematikan telefon, takut Sivia bertanya macam macam.
Kemudian aku
menelfon Agni.
“halo,
Agni?” Sapaku di telefon.
“ah iya, ini
siapa ya?”jawabnya.
“ini Rio,
Ify ada sama kamu gak?” kataku kemudian to the point.
“hah? Rio?
Ify? Dia nggak sama aku kok, tadi sih pulang sekolah katanya dia mau nungguin
pacarnya, kenapa emang?” jawab Agni.
“ah, yaudah,
makasih, bye” Kemudian aku langsung mematikan telfon.
‘DEG, dia
nungguin gue berarti, Ify mana sih?’
IFY P.O.V
**Dilain
tempat..
“lo kenapa
Fy? Dateng dateng nangis begini?” Tanya Shilla,
“gu, gue gak
papa kok,”kataku sambil menahan air mata yang hamper jatuh.
“Cerita sama
gue! Elo kenapa? Terus, calon tunangan lo mana?” Shilla mendesak.
“Iya gue
bakal cerita, tapi gue mau pinjem hp lo dulu, buat telfon mama.” Kataku
kemudian. Shilla meminjamkan hpnya.
Aku langsung
menelfon mama dan bilang kalau aku harus ngerjain tugas, dan nginep di rumah
teman, terus pesen kalo rio atau mamanya nelfon, mama harus bilang kalau aku
lagi sakit. Yah bohong dikit gak papa kan? Lagi males sama rio sih.
“mandi terus
ganti baju gih, pake baju gue, terus kita ngobrol di kamar.” Kata Shilla.
“ah, iya, thanks Shill...”aku langsung mandi
dan ganti baju. Kemudian ngobrol sama Shilla
***
“jadi Rio itu calon tunangan lo? OMG!!”shilla
kaget setengah mati.
“heem,” gumamku.
“terus, tadi itu kamu nungguin Rio?”
tanyanya.
“heemm” gumamku lagi.
“terus, kamu lihat si rio berduaan sama anak
baru di kelas lo?” tanyanya lagi.
“iyaaa, gue sakit hati tau gak sih, coba kalo
lo nungguin orang satu setengah jam, tapi orang itu malah lagi berduaan sama
org lain?” air mataku ini udah nggak bisa ditahan, kemudian shilla memelukku.
“Sabar fy, tenang aja..” katanya
“Siapa
nih? Nomer tak dikenal? Halo? Ini siapa ya?” sapa shilla,
“Ini rio, kamu sama Ify gak shil? ” kata
orang di sebrang sana.
“hah rio?” Sepertinya yang menelfon Rio.
Shilla agak menjauhkan hpnya dari telinga. “Dari Rio, nanyain elo, gue harus
jawab apa?” bisiknya kepadaku.
“bilang aja gue gak sma elo, ribet amat.”
Jawabku dengan berbisik juga.
“halo yo? Si Ify gak sama gue kok, ngomong
ngomong, elo dapet nomer gue dari siapa?” Tanya shilla kemudian.
“oh, dari hp ify, gue temuin di jalan.” Kata
Rio.
“oh, gitu, udah dulu ya, bye..” Shilla cepat
cepat mematikan telfonnya.
“dia bilang apa?”tanyaku.
“katanya dia nemuin hp lo di jalan..” Kata
shilla. “udah, tidur gih, besok kesiangan loh..” kata Shilla kemudian.
Aku mengangguk, benar juga kata shilla, aku
harus segera tidur.
**
ADMIN P.O.V.
Sekarang udah jam setengah 8, “aduhh, gimana
sih kamu yo? Kalo ify kenapa napa gimana? Aduh..” terlihat mama rio menekan
beberapa tombol di telefon rumahnya.
“halo jeng, Ify udah pulang belum ya?” Tanya
mama rio.
“oh, dia udah pulang dari tadi, jam setengah
empat, sekarang dianya lagi istirahat, katanya pusing, maaf ya jeng, dia malah
gak jadi kerumah kamu deh..” kata mama Ify amat sangat berbohong.
“oh, yaudah kalau gitu, udah dulu ya jeng,”
kemudian telfonnya dimatikan.
“Untung aja Ify gak kenapa napa, dia udah
pulang kerumahnya dari tadi, dia lagi pusing sekarang, pokoknya besok kalo ify
belum sembuh, kamu gak boleh sekolah!” kata mama rio.
“lagi pusing? Loh? Kok malah jadi gak boleh
sekolah si ma?ah, terserah mama deh, capek. Mau tidur.” Jawab rio kemudian.
“Rio! Ya ampuun! Kamu ini!” mama rio semakin
menjadi marahnya. Tapi rio hanya berjalan santai ke kamarnya.
Skip
Yeay, sudah pagi.
Kita lihat apa yang sedang terjadi dengan
ify..
“Ahh, gue males sekolah deh kalo gini,” kata
Ify.
“ihh, ayoah, cepet dong Fy, agni udah
nungguin tuh..” kata Shilla,
“iyaiya, sabar kenapa, ini juga lagi susah
payah jalan..”kata ify sekenanya.
“nah, ininih si Ify.. ternyata lo nginep di
rumah shilla?” kata Agni.
“iya, kenapa emang?” Tanya Shilla.
“kemarin ada yg nyariin noh, emang elo ada
hubungan apa sama si Rio?”kini Agni curiga,
“hubungan apaan? Nggak ada hubungan apa apa
kok!” kata ify.
“jawab gak? Gak jawab lo gak boleh ikut mobil
gue!” Agni mengancam.
“please, nggak usah bahas dia bisa kali?”
kata Ify mulai males.
“jawab dulu gak?” ancam Agni lagi.
“nanti deh, gue ceritain kalo udah ada Sivia
juga..” kini muka ify pasrah.
“oke kalau begitu..” kini Agni membolehkan
Ify masuk ke dalam mobilnya.
Setelah jemput Sivia, Ify cerita semuaaaaa
tentang Ia dan Rio.
Baru agni dan Sivia kaget. Mereka nggak
nyangka ternyata Rio itu yang dijodohin sama ify..
“Udah puas? Sekarang jangan sampe kalian
ngember ke semua orang!” kini giliran ify yang mengancam.
Terus, kita lihat apa yang terjadi dengan
Rio.
*Dirumah ify
“ifynya ada tante?” Tanya Rio.
“ohh.. ehh, Ify, ify udah berangkat dari tadi
pagi Yo,” kata mama Ify, berbohong.
“oh, yaudah tante. Eh, Ifynya udah sembuh
tan?” Tanya rio lagi.
“iyaa, katanya udah baikan sih, tolong awasin
dia ya yo..” kata mama Ify lagi lagi berbohong.
“iya tante, pasti kok.. saya pamit dulu ya
tan, takut telat.” Pamit Rio cium tangan.
“iya, hati hati ya bawa mobilnya.” Mama Ify
merasa bersalah karena udah bohong sama rio dan mamanya, tapi ini permintaan anaknya sendiri..
“Eh Yo,” mama ify menahan keberangkatan Rio.
“iya tante?” Rio berbalik.
“Tolong bener2 jagain Ify ya, dia emang agak
keras kepala, tapi kalo hatinya disakitin dia sangat amat rapuh” mama ify kemudian
masuk kedalam rumah. Rio? Kakinya seperti susah untuk bergerak karena
mendengarnya.
‘Ify kenapa sih sebenernya?’ batinnya.
Barulah ia bisa menggerakkan kakinya. Langsung saja ia tancap gas ke sekolah.
IFY P.O. V.
‘Ayolah Fy, kan elo gadis kuat, kenapa gara2
masalah gak penting, elo jadi kaya begini?’ kakiku sulit untuk digerakkan
keluar dari mobil Agni.
“Fy? Lo gak papa? Apa lo mau pulang aja?”
Tanya Agni penuh perhatian.
“ah, enggak usah, gue mau sekolah aja kok..”
jawabku,
“yaudah deh, yuk,” Shilla menarikku keluar
mobil agni.
Bertepatan dengan keluarnya aku dari mobil
Agni, lewatlah sebuah mobil yang sangat amat ku kenal. Mobil Rio. Kakiku
seperti ditancapkan di tanah. Aku susah untuk berjalan. Sampai seorang turun
dari mobil itu, ah tidak, seorang lagi turun dari mobil itu. Siapa dia? Bagus.
Itu Zevana. Rio kini berjalan ke arahku, kakiku semakin tak bisa digerakkan.
Tatapan sinis dari ketiga sahabatku tertuju kearah Rio. Tapi sepertinya ia tak
memperdulikan tatapan macam apa dari ketiga sahabatku. Ia terus mendekat ke
tempatku berdiri. Kemudian mengambil sesuatu dari kantong celananya.
“Ini hp lo, gue temuin di jalan..” kata Rio
agak dingin. Aku menelan ludah. Kemudian mengambilnya dari tangan Rio. Rio
kemudian berbisik di telingaku, ‘Nanti siang kamu pulang bareng aku, mama
khawatir, kemaren kenapa kamu gak kerumah’ . kemudian ia pergi. “terserah lo
deh yo!” kini aku malah berteriak kepadanya. Ketiga temanku bingung apa yang
sedang kami bicarakan. Rio berhenti sejenak, kemudian ia berjalan lagi.
“dasar Rio nyebelin! Gue gak bakal biarin Ify
disakitin sama elo!” kata Agni.
“udah lah ag, biarin aja dia, males gue..”
kataku kemudian pergi ke kelas.
Aku berjalan cepat dan tanpa kusadari tepat
dibelakang Rio dan Zevana yang sedang berjalan berdampingan. ‘Mereka terlihat
serasi. Apa gue mundur aja ya?’ batinku. Tanpa kusadari mereka berdua berhenti
dan aku menabrak Rio yang ada didepanku. Otomatis, aku jadi terjatuh. Barang2
di tasku berserakan.
“aduhh”rintihku,
Rio berbalik karena mendengar suaraku. Kemudian
buru buru membantuku berdiri dan membereskan barang barang yang terjatuh. Tanpa
memperdulikan barang apa lagi yang kurang, aku langsung pergi.
“Fy! Tunggu!” panggil Rio. Aku tak
memperdulikannya. Masih teruus berjalan.
RIO P.O.V.
“Fy! Tunggu!” aku memanggil namanya, tapi
sepertinya ia tak memperdulikannya. Kenapa sih Ify? Apa dia marah sama aku?
Tapi kenapa? Pikiranku berkecamuk.
‘Padahalkan, buku ini belum sempat masuk ke
tasnya.’ Batinku. Aku memandangi buku itu. Kubuka lembaran pertama, tertulis
IFY’S DIARY. Ini? Diary ify?
“kenapa yo? Ke kelas yuk!” Tanya Zevana.
“ah, nggak papa kok, yuk” kataku kemudian.
Sesampai dikelas, aku melihat ify duduk
melamun dibangku belakang. Kemudian aku duduk dibangkuku. ‘ah iya, diary ify,
kembalikan nggak ya? Ntar dulu deh, mungkin dia emang lagi marah sama aku.’
Batinku. Kemudian aku membuka buku diary ify dan mulai membacanya. ‘Ternyata
Ify telah menyukaiku sejak lama? Haha, ini sangatlah konyol! Aku dan ify sudah
sejak lama saling suka? ’ Batinku lagi. Kemudian aku melihat catatan harian
terakhirnya. Aku kaget membacanya. Ternyata, dia memang benar benar marah
kepadaku, Dasar Rio bodoh! Membuat Ify menunggu 1 setengah jam sendirian? Dan
dia kira aku sedang berduaan dengan Zevana kemarin? Aku harus minta maaf. Tekadku.
Jam pelajaran terakhir, Biologi.
“Ya anak anak, silahkan kumpulkan pekerjaan
rumah kalian, apakah ada yang belum mengerjakan PR? ” Tanya pak Duta, guru
Biologi. Aku melihat kearah Ify, dia mengangkat tangan. Ah benar saja, mana
mungkin ia membawa pekerjaan rumahnya karena kemarin menginap di rumah Shilla.
Kemudian aku ikut mengangkat tangan. Semua anak memandangiku. “Mario? Kenapa
kamu tidak mengerjakan PR? Tak seperti biasanya?” Tanya pak duta. “Saya lupa
jika ada pr pak,” jawabku asal. “Baiklah, Alyssa dan Mario silahkan keluar
kelas!” kata pak duta lagi.
Aku melihatnya sebentar, muka Ify semakin
ditekuk mengetahui aku juga harus keluar kelas. Tanpa pikir panjang aku segera
keluar kelas.
Setelah sampai diluar kelas, aku langsung
menariknya ke kantin. Aku tak perduli apa yang akan dia katakan setelah ini.
“Maaf ya Fy, kemarin aku nggak bermaksud buat
kamu nunggu satu setengah jam,” Ify melotot, mengisyaratkan
–dari-mana-lo-tau?-. Aku langsung memperlihatkan buku Diarynya. Matanya semakin
melotot, -dari-mana-lo-dapet-buku-diary-gue?-. buru buru aku menjawab “tadi
jatuh pas kamu nabrak aku.. waktu aku manggil kamu, kamunya malah nggak
perduli. Yaudah ni diary aku bawa.”. Ify kemudian cemberut. Matanya menerawang
sesuatu. “Maaf ya Fy, kemarin aku ngerjain tugas dulu, sama..”. “terserah lo
deh yo! Gue gak perduli, mulai sekarang, kita resmi putus aja, nggak ada kata
backstreet, pacaran, atau sejenisnya. Titik.”kata ify. Suaranya agak meninggi.
“Aku ngerti Fy, aku salah.” Kataku
“kamu nggak ngerti Yo! Sedikitpun kamu nggak
ngerti.” Kata Ify, butiran bening itu mulai terjatuh dari matanya. Ia kemudian berlari. Pergi dari area kantin.
Kini aku baru mengerti apa yang tadi pagi
mamanya bicarakan. Ify memang keras kepala, tapi, jika hatinya disakiti dia
akan rapuh.
Aku mencoba mengejarnya. Ia pergi ke taman
belakang sekolah. Menangis sejadi jadinya. Aku mendekatinya. Mencoba duduk
disampingnya.
“kamu nggak ngerti Yo! Sedikitpun kamu nggak
ngerti!” katanya terus terisak. Aku memeluknya, membiarkan ia menangis dalam dekapanku.
“Aku salah, maafin aku Fy!”kataku perlahan.
“…” hening. Tak ada jawaban. Aku melihat
kearah Ify, matanya terpejam. Tertidur. Ia sepertinya kelelahan dengan kejadian
ini. Ia begitu lembut ketika tertidur.kemudian aku mengangkatnya dan
memasukkannya ke dalam mobil. Aku
meminta izin ke guru piket untuk pulang lebih awal dengan alasan mengantar Ify
pulang kerumahnya karena Ify sedang tidak enak badan, kemudian mengambil tas
dikelas. Dan, segera pulang kerumahku.
Sampai dirumah, aku langsung membawanya
masuk, dan menidurkannya di sofa.
“pulang cepet?”Tanya mama, aku hanya
mengangguk dan pergi ke kamar, mengambil selimutku untuk dipakai ify.
“Ify kenapa? ” Tanya mama. “mama kepo ihh,
haha, tadi dia kecapekan, daripada bangunin dia langsung aku angkat aja deh”
kataku nyengir. “Nih ma, kasian kalo dia kedinginan,”kataku memberikan selimut
itu kepada mama. “kok dikasih ke mama? Kasih ke Ify dong!” mama malah pergi ke
dapur. Emang mama nyebelin. Kemudian aku menyelimutinya dengan selimut itu.
Memang wajahnya sangat polos ketika sedang tidur, kemudian aku ke kamar untuk
ganti baju.
JJJ
Aku turun kelantai bawah. Mataku tertarik
oleh piano yang terdapat diruang tengah. Hatiku tergerak untuk memainkannya.
Jari jariku mulai bermain diatas tuts tuts piano itu. Membentuk nada nada yang
ku kenali lagu milik Christina Perri. Distance. Itu judulnya.
The sun is filling up the room
And I can hear you dreaming
Do you feel the way I do? Right now?
I wish we would just give up
‘Cause the best part is falling
Call it anything but love
And I will make sure
To keep my distance
Say I love you when you’re not listening
And how long
Can we keep this up, up, up?
Baru setengah lagu ku nyanyikan, “Suara kamu
emang bagus Yo, aku sampe mrinding dengernya,” kata sebuah suara. Aku kemudian
berhenti memainkan piano. Berbalik badan sebentar, “Ify? Udah bangun? Maaf ya,
kamu jadi bangun deh, karena aku berisik,” kataku. “Kok berhenti sih Yo?
Lanjutin lah,” mintanya agak manja.
“Kesambet apa Fy?” kataku bingung.
“kamu emang bener bener nyebelin! Selalu
ngrusak saat saat romantis,” ia terlihat menutup mulut dengan tangannya.
“emang kamu bayangin apa? Kok bisa romantis?”
kataku menggodanya.
“Ih, apaan. Nggak bayangin apa apa kalik, ”
jawabnya agak salting.
“mas mas, mbak mbak sekalian, dicariin mama
tuh, disini malah pada asik pacaran,” kata sebuah suara.
“DEAA! APAAN SIH? NGERUSAK SUASANA ROMANTIS
DEH!” kali ini aku dan ify berteriak bersamaan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar