Sabtu, 12 Januari 2013

Akhirnya Aku temukan bag (D) *repost


Pagi harinya,
“Hey ma, pa,” sapaku.
“Hay Fy!” kata mama papa bersamaan
Seperti biasa, kami makan pagi bersama.
“Ify duluan ya pa, ma,” kataku berpamitan.
“nggak bareng papa fy?”. “nggak usah pa, mau berangkat sendiri aja.. bye ma, pa,”
“Ohiya Fy, kayaknya ada Rio tuh diluar. Disuruh masuk nggak mau tadi..” Kata mama sambil senyum2 gaje.
Hah? Rio? Penasaran dengan kata mama barusan, aku langsung berlari kecil keluar rumah. Benar saja, ada Rio dengan mobilnya.
“Bareng gih,” kata Rio.
“Lah? Katanya mau backstreet?” jawabku.
“Biar deh semua tau. Cepet gih, keburu telat.” Kata Rio sekenanya.
“nanti kalau orang2 tau?” tanyaku.
“biar deh, alas an kan banyak Fy, ayolah cepet..” katanya
Baru setelah itu aku mau masuk ke mobilnya. “kalo temen2 tau awas loh kamu Yo!” ancamku.
“Santai ajalah Fy.. ohiya, ngomong2 pinjem hp.” Kata Rio.
“buat apa?” selidikku.
“ada deh. Nggak buat macem macem kok,” katanya.
“Nih,” aku memberikan hpku ke Rio. Rio terlihat menuliskan sesuatu.
“makasih..” katanya langsung tancap gas ke sekolah.
J J J
“udah turun sana, bilang aja tadi ketemu dijalan terus bareng, atau apa kek,,” kata Rio. Aku menggeleng.
“nanti kalo pada curiga gimana?” kataku takut.
“ni anak, cepet keluar gak? Kalo gak cepet keluar malah pad acuriga tau!” kata rio lagi. Suaranya agak meninggi.
“yaudah deh, aku keluar dulu ya,” kataku sambil keluar dari mobil Rio. Rio keluar dari mobil juga. Terlihat beberapa anak memandangiku curuga. Aku terus berjalan santai. Rio juga berjalan seperti tidak ada sesuatu yang terjadi.
“hey Fy!” terlihat Shilla, Agni, Sivia melambaikan tangan sambil memandangku curiga.
“asikk, bareng sama siapa Fy?” sindir Sivia. “Terus , ceritanya gak jadi nih? Dijodohinnya? Sekarang malah pacaran sama Rio? Asikk dah,,” kini giliran Shilla yang nyindir.
“Tadi tuh Cuma ketemu Rio dijalan, disuruh bareng yaudah kan? Hemat gituloh” jawabku berbohong.
“ahmasaa?” kata agni. “bener, sueerr, udah ah, gue kekelas dulu..”kataku mengalihkan pembicaraan.
Aku melihat Rio sekarang duduk di sebelahku. Ah, Rio apa apaan sih, jadi bosen deh liat mukanya. *boong
Aku kemudian duduk di  bangkuku. “Fy, mama nyuruh kamu kerumahku nanti.” Kata Rio tiba tiba. “hah? Ngapain?” tanyaku. “tau deh. Nanti bareng lagi dong ya? haha” kata Rio agak tertawa. “ihh, apaan.. awas aja,”kataku.
“Pagi anak2, dipertengahan semester ini, ternyata kita kedatangan teman baru. Ayo masuk..”  kata Bu Winda.
pertengahan semester kok baru masuk sih? Aneh, batinku.
“hai, namaku, Zevana,”kemudian gadis itu menatap bu Winda.
“Sudah? ” Zevana mengangguk. “kamu bisa duduk disebelah, Mario Stevano. Dia juara kelas disini. Alyssa! Bisa kamu pindah ke belakang?” kata bu winda kemudian. HAH? Gue yang harus pindah? Gatau apa gue siapanya Rio? Guru nyebelin. Dengan sangat amat terpaksa banget, aku pindah kebelakang. Zevana duduk di bangkuku sebelumnya.
‘Kalo aja gue gak baik, pasti gamau pindah ke belakang, ’ batinku lagi.
Rio melihat ke arahku, kemudian kembali ke posisi awalnya. Menghadap ke depan. Aku melihat Zevana mengulurkan tangannya kepada Rio. Rio membalas uluran tangannya. *panassspanass
LLL
Jam pulang sekolah, tepat pukul 3.15 pm. aku menunggu Rio untuk pulang bareng. Tentu saja aku menunggu diluar area sekolah. Aku berjalan malas keluar sekolah, “Fy! Mau kemana? Gabareng kita?”Tanya sebuah suara, yang kuyakini suara Agni.
“kali ini enggak dulu deh, soalnya..”kataku terputus.
“Soalnya apa? Mau dijemput calon tunangan? kekek” shilla menimpali sambil terkekek geli.
“hmm, iya :D maaf yaa.. ” aku langsung nyengir gaje.
“Kenalin dong pacar lo ke kita, masa sahabat lo sendiri nggak tau sih siapa pacar lo!” kata Agni. “gak fren lah kita,”lanjutnya lagi.
“waktunya belum tepat mbak bro, nanti kalo aku udah siap, bakal aku kasih tau kok, tenang aja,,” kataku ngawur.
“tapi kapan? Kita kan juga pengen tau,” kata sivia kemudian.
“emhh, gini aja, besok malem, kita makan bareng, kalian boleh ajak pacar kalian masing masing, nanti aku bujuk dia buat ikut, gimana?”tawarku. “Oke deh Fy, yaudah kita duluan yaa J? ” kata Shilla kemudian. Mereka bertiga melambaikan tangan kemudian pergi. ‘Dasar ify bodoh, kamu sendiri kan yang bilang jangan sampe temen2 tau kalo yang dijodohin sama kamu itu Rio, dasar bodohbodoh bodoh!’ batinku.
Kemudian aku melanjutkan perjalananku ke halte dekat sekolah.
30 menit, 1 jam, 1 jam lebih 30 menit, jadi sekarang jam, LIMA kurang lima BELAS MENIT!!
“Rio manasih? Kayaknya dari tadi aku nggak lihat mobilnya keluar sekolah deh,” gumamku.  Akupun berjalan hati hati kembali ke sekolah. Menuju ke parkiran. “Tuhkan, mobilnya masih ada,”kataku kemudian. Aku mendekat ke  mobil Rio. Sekolah sudah amat sangat sepi. Jelas. Mobil Rio memang ada, tapi yang punya manasih? Kemudian aku berjalan lagi mencari dimana sesosok Rio. Nah, itu dia.. sama siapa dia? Zevana? Oh Tuhan, ternyata Rio sedang disini bersama Zevana? Emang dasar si  Rio nyebelin!
ADMIN P.O.V
Aduh, apaan nih si Rio?  Emang nyebelin kan? Kalau orang yang kita tunggu malah lagi sama orang lain. Ckckck.
Kemudian Ify pergi. Tanpa ia sadari, ia menjatuhkan handphonenya. Ify berlari keluar sekolah dan mencari taksi. Kemudian ia pergi entah kemana.
LLL
Drrtt, drrttt, drrttt..
“iya halo ma?” Rio menjawab panggilan dari mamanya,
“Ify mana Yo? kalian berdua kok lama sih? Mama udah nungguin dari tadi nih,”jawab mamanya.
“Aduh, ohiya, Rio lupa ma, maaf ma, rio keasyikan ngerjain tugas nih di sekolah, udah dulu ya ma..” kata Rio.
 “Zev, gue pulang dulu ya, keadaan genting. Lo bawa mobil kan?”kata Rio keapada zevana yang sedang mengamati tumbuhan didepannya.
“hah? Ohiya, gakpapa kok, tenang, gue bawa mobil sendiri kok,, ” kata zevana.
“gue duluan,,”pamit Rio
 ‘mampus lo Yo! Ify sekarang dimana coba? Ah iya, ’ batin rio. Kemudian ia mencari kontak nomer ify dan memanggilnya. “ayodong Fy, angkat..” katanya panik.
Terdengar lagu what Makes you beautiful milik One Direction, rio mencari asal suara, itu hp milik Ify, di atas rumput dekat parkiran. Rio mencari dimana Ify, tetapi tak ada orang, hanya terdapat hpnya. Ia mengambilnya, dan segera tancap gas mencari ify.
Beragam hipotesis muncul di pikiran Rio, dimana anak ini? Apakah ia diculik, atau, ahh pikiran Rio kacau sehingga tidak bisa berpikir jernih. Ia melajukan mobilnya ke halte tempat mereka janjian. Hasilnya nihil. Tak ada ify disana..
Rio P.O.V.
“Dimana sih si ify?” gumamku. Aku muter muter nyariin Ify. Aduh, jam setengah tujuh? “dasar rio bodoh! Bukankah hp ify berada disini sekarang? Kenapa nggak telfon temannya saja,” gumamku lagi. Kemudian aku menelfon Sivia tentusaja dengan hpku,
“halo, ini Sivia?” Tanyaku
“eh iya, ini siapa ya?”tannya sivia. Perasaan bingung tercampur aduk, aku harus menjawab apa? Sudah kuputuskan,
“ini Rio, ify sama kamu gak?” kataku dengan nada tenang.
“hah? Rio? Ify? Dia nggak sama aku tuh.. emangnya kenapa?” jawab Sivia bingung.
“ah, yaudah, makasih, bye”Aku langsung mematikan telefon, takut Sivia bertanya macam macam.
Kemudian aku menelfon Agni.
“halo, Agni?” Sapaku di telefon.
“ah iya, ini siapa ya?”jawabnya.
“ini Rio, Ify ada sama kamu gak?” kataku kemudian to the point.
“hah? Rio? Ify? Dia nggak sama aku kok, tadi sih pulang sekolah katanya dia mau nungguin pacarnya, kenapa emang?” jawab Agni.
“ah, yaudah, makasih, bye” Kemudian aku langsung mematikan telfon.
‘DEG, dia nungguin gue berarti, Ify mana sih?’
IFY P.O.V
**Dilain tempat..
“lo kenapa Fy? Dateng dateng nangis begini?” Tanya Shilla,
“gu, gue gak papa kok,”kataku sambil menahan air mata yang hamper jatuh.
“Cerita sama gue! Elo kenapa? Terus, calon tunangan lo mana?” Shilla mendesak.
“Iya gue bakal cerita, tapi gue mau pinjem hp lo dulu, buat telfon mama.” Kataku kemudian. Shilla meminjamkan hpnya.
Aku langsung menelfon mama dan bilang kalau aku harus ngerjain tugas, dan nginep di rumah teman, terus pesen kalo rio atau mamanya nelfon, mama harus bilang kalau aku lagi sakit. Yah bohong dikit gak papa kan? Lagi males sama rio sih.
“mandi terus ganti baju gih, pake baju gue, terus kita ngobrol di kamar.” Kata Shilla.
“ah, iya, thanks Shill...”aku langsung mandi dan ganti baju. Kemudian ngobrol sama Shilla
***
“jadi Rio itu calon tunangan lo? OMG!!”shilla kaget setengah mati.
“heem,” gumamku.
“terus, tadi itu kamu nungguin Rio?” tanyanya.
“heemm” gumamku lagi.
“terus, kamu lihat si rio berduaan sama anak baru di kelas lo?” tanyanya lagi.
“iyaaa, gue sakit hati tau gak sih, coba kalo lo nungguin orang satu setengah jam, tapi orang itu malah lagi berduaan sama org lain?” air mataku ini udah nggak bisa ditahan, kemudian shilla memelukku.
“Sabar fy, tenang aja..” katanya
 “Siapa nih? Nomer tak dikenal? Halo? Ini siapa ya?” sapa shilla,
“Ini rio, kamu sama Ify gak shil? ” kata orang di sebrang sana.
“hah rio?” Sepertinya yang menelfon Rio. Shilla agak menjauhkan hpnya dari telinga. “Dari Rio, nanyain elo, gue harus jawab apa?” bisiknya kepadaku.
“bilang aja gue gak sma elo, ribet amat.” Jawabku dengan berbisik juga.
“halo yo? Si Ify gak sama gue kok, ngomong ngomong, elo dapet nomer gue dari siapa?” Tanya shilla kemudian.
“oh, dari hp ify, gue temuin di jalan.” Kata Rio.
“oh, gitu, udah dulu ya, bye..” Shilla cepat cepat mematikan telfonnya.
“dia bilang apa?”tanyaku.
“katanya dia nemuin hp lo di jalan..” Kata shilla. “udah, tidur gih, besok kesiangan loh..” kata Shilla kemudian.
Aku mengangguk, benar juga kata shilla, aku harus segera tidur.
**
ADMIN P.O.V.
Sekarang udah jam setengah 8, “aduhh, gimana sih kamu yo? Kalo ify kenapa napa gimana? Aduh..” terlihat mama rio menekan beberapa tombol di telefon rumahnya.
“halo jeng, Ify udah pulang belum ya?” Tanya mama rio.
“oh, dia udah pulang dari tadi, jam setengah empat, sekarang dianya lagi istirahat, katanya pusing, maaf ya jeng, dia malah gak jadi kerumah kamu deh..” kata mama Ify amat sangat berbohong.
“oh, yaudah kalau gitu, udah dulu ya jeng,” kemudian telfonnya dimatikan.
“Untung aja Ify gak kenapa napa, dia udah pulang kerumahnya dari tadi, dia lagi pusing sekarang, pokoknya besok kalo ify belum sembuh, kamu gak boleh sekolah!” kata mama rio.
“lagi pusing? Loh? Kok malah jadi gak boleh sekolah si ma?ah, terserah mama deh, capek. Mau tidur.” Jawab rio kemudian.
“Rio! Ya ampuun! Kamu ini!” mama rio semakin menjadi marahnya. Tapi rio hanya berjalan santai ke kamarnya.
Skip
Yeay, sudah pagi.
Kita lihat apa yang sedang terjadi dengan ify..
“Ahh, gue males sekolah deh kalo gini,” kata Ify.
“ihh, ayoah, cepet dong Fy, agni udah nungguin tuh..” kata Shilla,
“iyaiya, sabar kenapa, ini juga lagi susah payah jalan..”kata ify sekenanya.
“nah, ininih si Ify.. ternyata lo nginep di rumah shilla?” kata Agni.
“iya, kenapa emang?” Tanya Shilla.
“kemarin ada yg nyariin noh, emang elo ada hubungan apa sama si Rio?”kini Agni curiga,
“hubungan apaan? Nggak ada hubungan apa apa kok!” kata ify.
“jawab gak? Gak jawab lo gak boleh ikut mobil gue!” Agni mengancam.
“please, nggak usah bahas dia bisa kali?” kata Ify mulai males.
“jawab dulu gak?” ancam Agni lagi.
“nanti deh, gue ceritain kalo udah ada Sivia juga..” kini muka ify pasrah.
“oke kalau begitu..” kini Agni membolehkan Ify masuk ke dalam mobilnya.
Setelah jemput Sivia, Ify cerita semuaaaaa tentang Ia  dan Rio.
Baru agni dan Sivia kaget. Mereka nggak nyangka ternyata Rio itu yang dijodohin sama ify..
“Udah puas? Sekarang jangan sampe kalian ngember ke semua orang!” kini giliran ify yang mengancam.
Terus, kita lihat apa yang terjadi dengan Rio.
*Dirumah ify
“ifynya ada tante?” Tanya Rio.
“ohh.. ehh, Ify, ify udah berangkat dari tadi pagi Yo,” kata mama Ify, berbohong.
“oh, yaudah tante. Eh, Ifynya udah sembuh tan?” Tanya rio lagi.
“iyaa, katanya udah baikan sih, tolong awasin dia ya yo..” kata mama Ify lagi lagi berbohong.
“iya tante, pasti kok.. saya pamit dulu ya tan, takut telat.” Pamit Rio cium tangan.
“iya, hati hati ya bawa mobilnya.” Mama Ify merasa bersalah karena udah bohong sama rio dan mamanya,  tapi ini permintaan anaknya sendiri..
“Eh Yo,” mama ify menahan keberangkatan Rio.
“iya tante?” Rio berbalik.
“Tolong bener2 jagain Ify ya, dia emang agak keras kepala, tapi kalo hatinya disakitin dia sangat amat rapuh” mama ify kemudian masuk kedalam rumah. Rio? Kakinya seperti susah untuk bergerak karena mendengarnya.
‘Ify kenapa sih sebenernya?’ batinnya. Barulah ia bisa menggerakkan kakinya. Langsung saja ia tancap gas ke sekolah.
IFY P.O. V.
‘Ayolah Fy, kan elo gadis kuat, kenapa gara2 masalah gak penting, elo jadi kaya begini?’ kakiku sulit untuk digerakkan keluar dari mobil Agni.
“Fy? Lo gak papa? Apa lo mau pulang aja?” Tanya Agni penuh perhatian.
“ah, enggak usah, gue mau sekolah aja kok..” jawabku,
“yaudah deh, yuk,” Shilla menarikku keluar mobil agni.
Bertepatan dengan keluarnya aku dari mobil Agni, lewatlah sebuah mobil yang sangat amat ku kenal. Mobil Rio. Kakiku seperti ditancapkan di tanah. Aku susah untuk berjalan. Sampai seorang turun dari mobil itu, ah tidak, seorang lagi turun dari mobil itu. Siapa dia? Bagus. Itu Zevana. Rio kini berjalan ke arahku, kakiku semakin tak bisa digerakkan. Tatapan sinis dari ketiga sahabatku tertuju kearah Rio. Tapi sepertinya ia tak memperdulikan tatapan macam apa dari ketiga sahabatku. Ia terus mendekat ke tempatku berdiri. Kemudian mengambil sesuatu dari kantong celananya.
“Ini hp lo, gue temuin di jalan..” kata Rio agak dingin. Aku menelan ludah. Kemudian mengambilnya dari tangan Rio. Rio kemudian berbisik di telingaku, ‘Nanti siang kamu pulang bareng aku, mama khawatir, kemaren kenapa kamu gak kerumah’ . kemudian ia pergi. “terserah lo deh yo!” kini aku malah berteriak kepadanya. Ketiga temanku bingung apa yang sedang kami bicarakan. Rio berhenti sejenak, kemudian ia berjalan lagi.
“dasar Rio nyebelin! Gue gak bakal biarin Ify disakitin sama elo!” kata Agni.
“udah lah ag, biarin aja dia, males gue..” kataku kemudian pergi ke kelas.
Aku berjalan cepat dan tanpa kusadari tepat dibelakang Rio dan Zevana yang sedang berjalan berdampingan. ‘Mereka terlihat serasi. Apa gue mundur aja ya?’ batinku. Tanpa kusadari mereka berdua berhenti dan aku menabrak Rio yang ada didepanku. Otomatis, aku jadi terjatuh. Barang2 di tasku berserakan.
“aduhh”rintihku,
Rio berbalik karena mendengar suaraku. Kemudian buru buru membantuku berdiri dan membereskan barang barang yang terjatuh. Tanpa memperdulikan barang apa lagi yang kurang, aku langsung pergi.
“Fy! Tunggu!” panggil Rio. Aku tak memperdulikannya. Masih teruus berjalan.
RIO P.O.V.
“Fy! Tunggu!” aku memanggil namanya, tapi sepertinya ia tak memperdulikannya. Kenapa sih Ify? Apa dia marah sama aku? Tapi kenapa? Pikiranku berkecamuk.
‘Padahalkan, buku ini belum sempat masuk ke tasnya.’ Batinku. Aku memandangi buku itu. Kubuka lembaran pertama, tertulis IFY’S DIARY. Ini? Diary ify?
“kenapa yo? Ke kelas yuk!” Tanya Zevana.
“ah, nggak papa kok, yuk” kataku kemudian.
Sesampai dikelas, aku melihat ify duduk melamun dibangku belakang. Kemudian aku duduk dibangkuku. ‘ah iya, diary ify, kembalikan nggak ya? Ntar dulu deh, mungkin dia emang lagi marah sama aku.’ Batinku. Kemudian aku membuka buku diary ify dan mulai membacanya. ‘Ternyata Ify telah menyukaiku sejak lama? Haha, ini sangatlah konyol! Aku dan ify sudah sejak lama saling suka? ’ Batinku lagi. Kemudian aku melihat catatan harian terakhirnya. Aku kaget membacanya. Ternyata, dia memang benar benar marah kepadaku, Dasar Rio bodoh! Membuat Ify menunggu 1 setengah jam sendirian? Dan dia kira aku sedang berduaan dengan Zevana kemarin? Aku harus minta maaf. Tekadku.
Jam pelajaran terakhir, Biologi.
“Ya anak anak, silahkan kumpulkan pekerjaan rumah kalian, apakah ada yang belum mengerjakan PR? ” Tanya pak Duta, guru Biologi. Aku melihat kearah Ify, dia mengangkat tangan. Ah benar saja, mana mungkin ia membawa pekerjaan rumahnya karena kemarin menginap di rumah Shilla. Kemudian aku ikut mengangkat tangan. Semua anak memandangiku. “Mario? Kenapa kamu tidak mengerjakan PR? Tak seperti biasanya?” Tanya pak duta. “Saya lupa jika ada pr pak,” jawabku asal. “Baiklah, Alyssa dan Mario silahkan keluar kelas!” kata pak duta lagi.
Aku melihatnya sebentar, muka Ify semakin ditekuk mengetahui aku juga harus keluar kelas. Tanpa pikir panjang aku segera keluar kelas.
Setelah sampai diluar kelas, aku langsung menariknya ke kantin. Aku tak perduli apa yang akan dia katakan setelah ini.
“Maaf ya Fy, kemarin aku nggak bermaksud buat kamu nunggu satu setengah jam,” Ify melotot, mengisyaratkan –dari-mana-lo-tau?-. Aku langsung memperlihatkan buku Diarynya. Matanya semakin melotot, -dari-mana-lo-dapet-buku-diary-gue?-. buru buru aku menjawab “tadi jatuh pas kamu nabrak aku.. waktu aku manggil kamu, kamunya malah nggak perduli. Yaudah ni diary aku bawa.”. Ify kemudian cemberut. Matanya menerawang sesuatu. “Maaf ya Fy, kemarin aku ngerjain tugas dulu, sama..”. “terserah lo deh yo! Gue gak perduli, mulai sekarang, kita resmi putus aja, nggak ada kata backstreet, pacaran, atau sejenisnya. Titik.”kata ify. Suaranya agak meninggi.
“Aku ngerti Fy, aku salah.” Kataku
“kamu nggak ngerti Yo! Sedikitpun kamu nggak ngerti.” Kata Ify, butiran bening itu mulai terjatuh dari matanya.  Ia kemudian berlari. Pergi dari area kantin.
Kini aku baru mengerti apa yang tadi pagi mamanya bicarakan. Ify memang keras kepala, tapi, jika hatinya disakiti dia akan rapuh.
Aku mencoba mengejarnya. Ia pergi ke taman belakang sekolah. Menangis sejadi jadinya. Aku mendekatinya. Mencoba duduk disampingnya.
“kamu nggak ngerti Yo! Sedikitpun kamu nggak ngerti!” katanya terus terisak. Aku memeluknya, membiarkan ia menangis dalam dekapanku. “Aku salah, maafin aku Fy!”kataku perlahan.
“…” hening. Tak ada jawaban. Aku melihat kearah Ify, matanya terpejam. Tertidur. Ia sepertinya kelelahan dengan kejadian ini. Ia begitu lembut ketika tertidur.kemudian aku mengangkatnya dan memasukkannya ke dalam mobil.  Aku meminta izin ke guru piket untuk pulang lebih awal dengan alasan mengantar Ify pulang kerumahnya karena Ify sedang tidak enak badan, kemudian mengambil tas dikelas. Dan, segera pulang kerumahku.
Sampai dirumah, aku langsung membawanya masuk, dan menidurkannya di sofa.
“pulang cepet?”Tanya mama, aku hanya mengangguk dan pergi ke kamar, mengambil selimutku untuk dipakai ify.
“Ify kenapa? ” Tanya mama. “mama kepo ihh, haha, tadi dia kecapekan, daripada bangunin dia langsung aku angkat aja deh” kataku nyengir. “Nih ma, kasian kalo dia kedinginan,”kataku memberikan selimut itu kepada mama. “kok dikasih ke mama? Kasih ke Ify dong!” mama malah pergi ke dapur. Emang mama nyebelin. Kemudian aku menyelimutinya dengan selimut itu. Memang wajahnya sangat polos ketika sedang tidur, kemudian aku ke kamar untuk ganti baju.
JJJ
Aku turun kelantai bawah. Mataku tertarik oleh piano yang terdapat diruang tengah. Hatiku tergerak untuk memainkannya. Jari jariku mulai bermain diatas tuts tuts piano itu. Membentuk nada nada yang ku kenali lagu milik Christina Perri. Distance. Itu judulnya.
The sun is filling up the room
And I can hear you dreaming
Do you feel the way I do? Right now?

I wish we would just give up
‘Cause the best part is falling
Call it anything but love

And I will make sure
To keep my distance
Say I love you when you’re not listening
And how long
Can we keep this up, up, up?
Baru setengah lagu ku nyanyikan, “Suara kamu emang bagus Yo, aku sampe mrinding dengernya,” kata sebuah suara. Aku kemudian berhenti memainkan piano. Berbalik badan sebentar, “Ify? Udah bangun? Maaf ya, kamu jadi bangun deh, karena aku berisik,” kataku. “Kok berhenti sih Yo? Lanjutin lah,” mintanya agak manja.
“Kesambet apa Fy?” kataku bingung.
“kamu emang bener bener nyebelin! Selalu ngrusak saat saat romantis,” ia terlihat menutup mulut dengan tangannya.
“emang kamu bayangin apa? Kok bisa romantis?” kataku menggodanya.
“Ih, apaan. Nggak bayangin apa apa kalik, ” jawabnya agak salting.
“mas mas, mbak mbak sekalian, dicariin mama tuh, disini malah pada asik pacaran,” kata sebuah suara.
“DEAA! APAAN SIH? NGERUSAK SUASANA ROMANTIS DEH!” kali ini aku dan ify berteriak bersamaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar