‘Siapasih yang
gak kenal cowok itu? murah senyum, manis, tinggi, keren, pinter, multitalenta..
waaahh pokoknya perfect bangett.. gue beruntung satu kelas sama dia..’
#ceritanyanih,, ada anak lagi ngelamun..
“ALYSSA!!”
plug.. tiba-tiba ada penghapus papan
tulis menghantam kepalaku.
“ehhadaayammatikenatsunami”
latahku.
”hahahahah” tawa semua murid. Kecuali satu
orang..
“Sudah berapa
kali ibu bilang? Jangan melamun saat waktunya pelajaran!”. ‘huuft, kenapa gua
pake melamun sih! Arggghh, jadinya kena marah Bu Winda’ batinku.
”ehh, maaf bu,
maaf” kataku kemudian.
“Silahkan kamu belajar
di luar kelas”perintahnya. ‘yess!’batinku..
Akupun keluar
dari kelas dengan hati gembira. Mengapa tidak? Terbebas dari guru Bahasa
Indonesia yang membosankan kok nggak mau.. hehe. Segera setelah keluar dari
kelas, akupun langsung pergi ke kantin. Lapar, itu yang aku rasakan saat ini. “Mbakk,
nasi goreng telur yang biasa yaa! Minumnya es jeruk..” pesanku pada sang
empunya kantin. #ibupenjagakantinmaksudnyaa.. “iyaa, tunggu sebentar ya”jawab
mbak Ari.
Setelah 3 menit
menunggu akhirnya mbak Ari datang dengan membawa nampan berisi sepiring nasi
dan segelas es jeruk.
“akhirnyaaa”
makasih mbak. Mbak Ari mengangguk sambil tersenyum, kemudian berlalu. Aku
langsung melahap nasi goreng yang ada di depan mataku..
***skippp***
Dan akhirnya bel
tanda pulang sekolah berbunyi. Semua anak berhamburan keluar kelas. Aku kembali
kekelas untuk mengambil tas yang tadi ku tinggalkan(?).
Sampai di kelas~~
‘loh, kenapa dia
belum pulang’batinku saat memasuki kelas dan melihat sesosok makhluk sedang
duduk sepertinya melamun. Aku hanya diam tak berani menyapa. Dengan cepat aku
mengemasi buku yang tadi aku tinggalkan.
‘sapa, tidak,
sapa, tidak, sapa, tidak..’aku bimbang menyapanya atau tidak..
‘sapa, ya
harus’akupun memberanikan diri untuk menyapa.
“hay, emm,, eh,
lo kok belum pulang?” sapaku sedikit gugup.
“ehh, hah? Udah bel emangnya?
Mampus, gue kan harus pulang secepatnya.. gue balik dulu makasih..”dia tersadar
dari lamunannya dan melirik jam tangan warna hitamnya, kemudian segera pergi
dari kelas. Tanpa ia sadari, ia menjatuhkan sebuah benda. Sepertinya itu sapu
tangan miliknya.
“hei.. sapu tangan lo..”kataku terputus karena Rio sudah tak terlihat
di ruangan itu. “yahh, Rio udah pergi..”
Lalu aku mengambil sapu tangan berwarna putih bersih yang tadi
dijatuhkannya. “gue bawa dulu apa ya? Besok baru gue kembaliin..” gumamku.
Aku mengamati sapu tangan tadi, ada rajutan bertuliskan MARIO. Ada sedikit bercak darah
disana. Lalu aku memasukkannya ke dalam tasku.
Drrrtttt.. #hpifygetar
From: Sivia
Hey Fy! Lo kemana aja? Udah ditungguin dari tadi kok nggak
keluar-keluar. Gue, Shilla, sama Agni udah lumutan nungguin elo..
To : Sivia
Sorry Siv, gue keluar sekarang..
Kemudian aku keluar dari kelas, dan berlari kearah parkiran. Aku
menemukan ketiga sahabatku yang mulai cemberut.
“sorry, tadi gue ada urusan di kelas.. sorry banget ya..” kataku
meminta maaf kepada ketiga sahabatku, Sivia, Shilla, Agni.
“yaudah, cepetan deh, panas banget nih..”kata Shilla. Lalu aku, Sivia,
Agni, dan Shilla masuk ke dalam mobil milik Agni.
Agni duduk di kursi pengemudi dan mengemudikan mobil miliknya itu.
#di perjalanan pulang..
“lo tadi ngapain dulu sih di kelas?” Tanya Shilla kepadaku.
“iya, kok sampe lama banget?” Tanya Agni kemudian.
“hampir aja kita mati kepanasan.. ” sambung Sivia.
“ya maaf, jadi gini ceritanya, tadi, waktu pelajarannya Bu Winda, gue
ketahuan ngelamun, terus gue disuruh keluar kelas..”aku berhenti sejenak,
kemudian melanjutkan ceritaku “nah, gue ke kantin kan.. makan gitu.. lah, terus
waktu bel pulang sekolah, gue balik kekelas, taunya masih ada Rio..”kataku
terpotong.
“HAH? RIOO?”Agni mengerem mobilnya,sehingga Shilla, Sivia, dan aku
kaget. Untung saja jalanan waktu itu sepi, jadi tak ada yang celaka karena ulah
Agni barusan.
“Lo kira kira dong kalo bawa mobil, jantung gue hampir copot tau..”
kataku.
“sorry, gue, gue kagett” kata Agni.
“hampir aja nyawa gue melayang” kata Shilla kemudian.
“udah, udah, yang penting kita selamat..”kata Sivia menengahi.
Agni kembali mengemudikan mobilnya perlahan. Aku melanjutkan ceritaku
tadi.
“ kan gue ketemu Rio tuh, nah dia keliatan murung banget, dia kayak
lagi mikirin sesuatu gitu dehh..” lanjutku.
“jangan jangan dia baru putus dari pacarnya..”terka Shilla.
“ahh elo shill, dia gak punya pacar kali.. dia kan dilarang pacaran
sama mamahnya..” kataku membenarkan.
“kata siapa lo? Sok tau banget deh lo..” kata Shilla lagi.
“pernah ya, si Acha nembak dia, terus ditolak mentah-mentah*juststory
terus dia-Rio- jelasin didepan kelas kalo mamahnya ngelarang dia pacaran..
begetooh”kataku kemudian.
Shilla dan Sivia membulatkan mulutnya. Agni masih konsentrasi pada
jalan.
“terus terus?” kata Sivia tak sabaran.
“nah, setelah gue sapa, dia buru buru pergi gitudeh,, terus sapu tangannya
jatuh, waktu gue bilang kalo sapu tangannya jatuh, dia udah pergi.. yaudah,
saputangannya gue bawa sekarang..”ceritaku kemudian. Aku mengeluarkan sapu
tangan milik Rio dari tas sekolahku. “ini dia sapu tangan nya” aku
memperlihatkan sapu tangan berwarna putih itu kepada teman temanku. Mereka
terlihat sangat kagum dengan sapu tangan itu. entah mengapa. Mungkin karena itu
milik Rio.
Aku memperhatikan sapu tangan tadi lebih jeli. Aku kembali melihat
rajutan yang membentuk kata “MARIO”. Tiba tiba aku seperti mengingat sesuatu,
tapi aku tak bisa megingatnya. Difikiranku muncul gambar seperti sapu tangan,
dan ada rajutan yang sama tapi aku tak bisa membaja rajutan yang ini. aku
mencoba mengingatnya, tapi kepalaku sakit untuk memikirkan hal ini. Dan
beberapa saat kemudian.. gelap, aku tak bisa melihat apapun.
***
Aku melihat sekeliling, dan mendapati ketiga temanku yang terlihat
cemas.
“Fy, lo nggak papakan?” Tanya Shilla.
“gu.. gue dimana?” aku tak tahu dimana aku sekarang.
“lo, lo lagi ada di rumah sakit fy, elo tadi tiba tiba pingsan di mobil
Agni, terus, kita bawa lo kesini.” Jelas Sivia.
“tapi lo gakpapa kan Fy?” Tanya Agni masih dengan wajah cemasnya.
“gue gak kenapa-napa tuh..” kataku membuat ketiga sahabatku terlihat
-agak- bernafas lega.
“gue udah telfon mama lo, dan katanya dia mau datang kesini sama papa
lo..” kata Shilla kemudian.
Tiba-tiba bayangan akan sapu tangan kembali memenuhi fikiranku. Aku
melihat ada seorang anak kecil yang tersenyum manis kepadaku. Kemudian kepalaku
kembali sakit. Aku mencoba menahannya, dan untungnya sakit itu hilang.
Tak lama kemudian, aku melihat sosok mama-papa yang masuk ke ruangan
itu. Aku tersenyum kepada mereka yang terlihat cemas.
“ify, kamu gak papa kan?” Tanya mama dan papa hampir bersamaan.
“Aku nggak papa kok pa, ma..” kataku menjawab pertanyaan papa dan mama
tadi.
“maaf tante, tadi kata papa kalo Ify sudah siuman, dia sdah bisa
pulang” kata Shilla kemudian. Membuat orang tuaku berkurang tingkat
kecemasannya.
“makasih Shilla” kata papa.” Sampaikan salam om ke papa kamu yaa..”
shilla mengangguk.
Kamudian aku mencoba bangkit dari tempat tidur dan duduk diatasnya.
“makasih ya Shill, Siv, Ni, sudah repot repot bawa ify kesini..” kata
mama kemudian. Agni, Sivia, Shilla tersenyum.
***SKIP***
Diperjalanan pulang…
Papa masih focus dengan jalan, mama memandang kearah jendela, aku sibuk
bbm.an dengan Shilla, Agni dan Sivia. Hening. Kemudian mama membuka suara, “kok
kamu tadi bisa pingsan sih?”Tanya beliau kepadaku. Aku teringat akan sapu
tangan milik Rio. Ahh, aku lupa dimana menaruhnya.
***jeng.. jeng.. jeng.. jeng..***
“ehh, aku juga gak tau mah..”
jawabku kemudian. Aku mencari sapu tangan Rio di dalam tas, tapi tak kutemukan.
Kemudian aku merogoh saku rokku, tapi tak kutemukan, aku panik. Aku melihat
sekelilingku, akhirnya kutemukan, terjatuh dari jok mobil. Aku bernafas lega.
“Akhirnya ketemu juga,” kataku sedikit keras, sehingga mama papa
mendengarku. Mereka sedikit terkejut.
“Ada apa Fy?” Tanya mama kemudian.
Aku bingung harus menjawab apa. “Emm, ehh, eng, enggak apa apa kok
ma”kataku tergagap. Mama tersenyum dan menggeleng-gelengkan kepala. Lalu beliau
memperhatikan tanganku.
“Itu apa fy?” Tanya beliau kemudian setelah melihat ada kain-tepatnya
sapu tangan- milik Rio.
“ehh, ini, sapu tangan punya Shilla, ya shilla. Tadi aku pinjem dari
dia ma..” aku kembali tergagap.
“ooh, kirain apa..”aku bernafas lega, mama tak mencurigai apapun.
Terdengar suara cacing kelaparan dari dalam perutku, mama melihat ke
arahku, “pa, mampir makan yuk.. aku laperrrrr banget” ajakku kemudian. Mama
menahan tawanya.
“iyatuh pa, kita makan dulu, kasihan tuh, cacing di perut ify kayaknya
udah pada demo..” mama mengiyakan ajakanku.
“haha, yaudah kalu gitu, kita makan dulu..” tawa papa meledak, lalu
beliau menyetujui ajakkanku. Lalu kami mampir di restaurant keluarga langganan
kami.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar